Selain korban jiwa, banyak warga masyarakat yang mengungsi karena kedua bencana ini. Mereka meninggalkan rumahnya karena rusak berat dilanda tsunami dan diterjang awan panas si wedhus gembel. Saat ini mereka memerlukan bantuan.
Salah satu korban yang diduga ikut tewas dalam bencana Merapi adalah Mbah Maridjan. Mbah Maridjan adalah tokoh penting Gunung Merapi. Beliau begitu dikenal karena pernah menolak untuk meinggalkan Gunung Merapi, meski yang meminta adalah Raja Jogja Hamengku Buwono X. Beliau semakin terkenal ketika membintangi iklan minuman suplemen energi dengan slogan Rosa-Rosa.
Mencermati berita Koran dan TV hari ini (Rabu 27 Oktober 2010) saya kecewa. Karena berita tentang korban dan mereka yang berada di pengungsian kalah dengan berita tentang Mbah Maridjan. Hampir semua media (cetak dan elektronik) memberi liputan lebih banyak tentang Mbah Maridjan daripada kepada para korban dan mereka yang di pengungsian.
Kita semua kenal bahwa Mbah Maridjan adalah orang yang rendah hati dan tidak suka dikedepankan. Beliau adalah orang yang memegang teguh falsafah Jawa: sepi ing pamrih rame ing gawe. Jadi saya yakin Mbah Maridjan pasti marah jika media lebih sibuk memberitakan dirinya daripada memberitakan tentang korban dan mereka yang berada di pengungsian.
Oleh sebab itu marilah kita focus kepada mereka yang jadi korban dan bagaimana kita semua bisa membantu penderitaan mereka.
Gunung merapi meletus, memuntahkan lahar panas, awan panas, meluluhlantakkan desa yang berada di bawah kaki gunung merapi. Awan panas telah merenggut 25 nyawa penduduk, termasuk Mbah Maridjan, juru kunci gunung Merapi. Juru Kunci yang dicintai banyak orang, telah menggenapi tugasnya sebagai penunggu Merapi hingga ajal menjemputnya, Mbah Maridjan meninggal dengan posisi bersujud di belakang rumah. Desa Kaliadem dan Kinahrejo luluhlantak dipenuhi dengan debu setebal 20 cm.
MERAPI
Alam telah berkata atas titah TUHANNYA
Saat bibir norma terkunci tak mampu lagi berbicara
Mereka bertutur dengan cara yang mereka punya
Alam yang murka melihat semua khilaf kita
Bumi yang semakin menua menyimpan beragam cerita
Banyak pelajaran darinya agar kita mampu bijaksana
Namun bila hati terlanjur buta tertutupi
Jejak nafsu yang kian merajalela di sana sini
Wahai anak anak adam
Janganlah berjalan membawa sebuah dendam
Ambisi pribadi ingin menguasai negeri
Hingga tepikan harga sebuah hati nurani
Wahai jiwa jiwa yang pongah
Jangan pernah bangga memiliki sifat serakah
Saat kedudukan engkau gunakan untuk menggali dan memonopoli
Menjatuhkan airmata hati hati yang tersakiti
Renungkan…. TUHAN telah mengirimkan sebuah pesan
Agar engkau lebih arif menyentuh sisi kehidupan
Letusan merapi hanyalah sebuah peringatan dini
Agar kita kembali ikhlas menapak di jalan yang suci
Desa Kaliadem dan Kinaredjo tertutup debu, tanamanmu layu
Motor yang digunakan salah satu relawan untuk menyelamatkan penduduk, ban terkena panas debu hingga meletus hingga relawan jatuh dan mengalami luka bakar di kaki
Abu dari merapi yang memenuhi ruang tamu dengan ketebalan 20 cm
Ternak yang mati akibat abu panas bersuhu 500 derajat
Yang tertinggal dan tdk sempat dibawa oleh pemiliknya
Pengungsi yang bersyukur bertemu kembali keluarganya di barak pengungsian
Photos by: Galang Press – Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar